Nama :
Miftahurrizqon Fadhil
Kelas :
1ID09
NPM :
34416407
Dosen : Mei Raharja
Yudistira
(Puntadewa)
Yudistira alias Darmawangsa adalah ksatria tertua dari
para Pandawa dan merupakan salah satu tokoh Protagonis dalam Cerita Mahabarata.
Yudistira adalah putera dari Pandu dan Dewi Kunti. Ia adalah raja dari kerajaan
Kuru yang pemerintahannya berpusat di Hastinapura. Dalam pewayangan, Yudistira
mendapat gelar “Prabu” dan dikenal sebagai Puntadewa. Dan kerajaannya disebut
Kerajaan Amarta.
Arti Nama
Dalam bahsa Sansekerta, Yudistira bermakna “teguh atau
kokoh dalam peperangan”. Yudistira juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja yang
berarti “raja Dharma”, karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang
hidupnya.
Yudistira memiliki banyak julukan, dan diantaranya
adalah:
• Ajataśatru,
"yang tidak memiliki musuh".
• Bhārata,
"keturunan Maharaja Bharata".
• Dharmawangsa
atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
• Kurumukhya,
"pemuka bangsa Kuru".
• Kurunandana,
"kesayangan Dinasti Kuru".
• Kurupati,
"raja Dinasti Kuru".
• Pandawa,
"putera Pandu".
• Partha,
"putera Prita atau Kunti".
• Puntadewa,
"derajat keluhurannya setara para dewa".
• Yudistira,
"pandai memerangi nafsu pribadi".
• Gunatalikrama,
"pandai bertutur bahasa".
• Samiaji,
"menghormati orang lain bagai diri sendiri".
Sifat dan Kesaktian
Sifat-sifat yang dimiliki Yudistira sudah tercermin dalam
nana –nama julukannya. Namun sifat yang paling menonjol dari yudistira adalah
adil,sabar,jujur,taat terhadap ajaran agama,penuh percaya diri,dan berani
berspekulasi.
Dalam kisah Mahabarata, Yudistira memiliki kelebihan atau
kemampuan dalam memainkan tombak,sedangkan dalam pewayangan Jawa, Yudistira
memiliki kesaktian atau kemampuan batin, misalnya ia pernah dikisahkan mampu
menjinakkan kewan-hewan buas di hutan Wanamarta hanya dengan meraba kepala
mereka.
Yudistira memiliki beberapa pusaka, antara lain Jamus
Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Pusaka Jamus Kalimasada itu
berupa kitab, Tunggulnaga berupa payung, seedangkan Robyong Mustikawarih
berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Kalimasada dan
Tunggulnaga menjadi pusaka utama kerajaan Amarta,sedangkan Robyong Mustikawarih
adalah pusaka pemberian Gandarma, patih kerajaan Hastina pada zaman
pemerintahan Pandu. Apabila Yudistira sudah sampai pada ambang batas
kesabarannya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika ia berubah menjadi
raksasa besar yang berkulit putih bersih.
Kelahiran dan Masa Kecil Yudistira
Ada perbedaan kisah tentang kelahiran Yudistira, Dalam
kitab Mahabarata bagian pertama atau Adiparwa, mengisahkan tentang kutukan yang
dialami Pandu, ayah Yudistira yang tanpa sengaja telah membunuh Brahmana
bernama Resi Kindama saat ia (Resi Kindama) dan istrinya sedang bersenggama
dalam wujud sepasang rusa. Menjelang ajalnya, Resi Kindama mengutuk pandu,bahwa
ia akan mati ketika mengawini istrinya. Dengan penuh penyesalan,pandu kemudian
meniggalkan tahta Hastinapura untuk pergi bertapa demi mengurangi hawa
nafsunya. Kedua istrinya yaitu Kunti dan Madri pun setia mengikuti Pandu.
Pada suatu hari, Pandu mengutarakan ingin memiliki anak,
Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya
dengan mantra itu. Mantra iru adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan
putera. Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera
darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama mereka itu diberi nama
Yudistira. Dharma adalah dewa keadilan dan kebijaksanaan, dan Yudistira pun
mewarisi sifat Dharma sepanjang hidupnya.
Dalam versi pewayangan Jawa, Puntadewa atau Yudistira
adalah anak kandung Pandu yang lahir di istana Hastinapura. Bathara Dharma
hanya sekedar menolong kelahiran Puntadewa dan member restu untuknya. Berkat
bantuan Dharma, Puntadewa lahir dari ubun-ubun Kunti. Dalam pewayangan Jawa juga
melukiskan bahwa Yudistira adalah seorang manusia berdarah putih, yang berarti
sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran.
Yudhistira dan para Pandawa yang lain mempelajari ilmu
agama,hukum, dan tata Negara kepada Resi Krepa bersama-sama dengan
saudara-saudara sepupu mereka yaitu Korawa. Dalam pendidikan ini, Yudistira
adalah murid yang paling pandai. Setelah itu, Pamdawa dan Korawa berguru ilmu
perang kepada Resi Drona. Dalam hal ini,Arjuna adalah murid yang paling pandai,
terutama dalam ilmu memanah, sementara Yudistira lebih terampil dalam
menggunakan senjata tombak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar